Sabtu, 01 Oktober 2011

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA ERA GLOBALISASI

        NAMA  : ENDY SITUA PARDAMEAN
NPM     : 32110369
KELAS : 2DB13
DOSEN : BETTY YUDHA
MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN 1

TUGAS 1
ilustrasi


1)      Konsep Manajemen Informasi dalam perusahaan
Penerapan Teknologi Informasi serta perkembangannya menjadi ciri dari suatu Negara yang maju, khususnya negara-negara yang maju pada era globalisasi. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini perkembangan teknologi sangat cepat, sehingga datangnya suatu teknologi terbaru membuat semua pihak pengembang menjadi saling berpacu dalam memunculkan teknologi yang lebih canggih dalam beberapa implementasi. Contoh perkembangan teknologi yang berkembang pesat adalah implementasi : internet, electronic commerce, electronic data interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dll . Perkembangan teknologi yang sangat terlihat adalah perkembangan  informasi . Kini informasi dapat disampaikan dengan cepat kepada penerimanya. Perkembangan teknologi yang cepat, memicu pertumbuhan perusahaan. Sumber Daya Manusia yang terus bertambah sehingga perusahaan pun ikut bertambah. Dengan adanya teknologi semua orang pun dapat mencari, menjalankan, dan menerapkannya sebagai ilmu tambahan. Contoh : semua orang kini dengan mudah dapat mencari lowongan pekerjaan melalui beberapa situs-situs yang berasal dari lapisan perusahaan. Kebutuhan manusia akan teknologi membuat operasional perusahaan menjadi lebih maju. Contoh : kegiatan produksi menjadi lebih mudah dilakukan dengan teknologi-teknologi yang sudah ada dan canggih.
2) Konsep keunggulan kompetitif dalam operasional perusahaan
Konsep manajemen informasi sangat berdampak pada keunggulan kompetitif perusahaan. Dengan nilai-nilai yang berada didalamnya, yaitu:
Pertama, operasional prima (operational excellence). Perusahaan yang menggunakan strategi ini berupaya mencapai biaya paling efisien untuk setiap proses bisnis. Sehingga  menghasilkan kualitas jasa dan barang sesuai harapan konsumen.
Kedua, keakraban dengan pelanggan (customer intimacy). Perusahaan yang menggunakan strategi ini mempertahankan bisnis yang ada dengan menunjukkan ketrampilannya pada kebutuhan pelanggan.
Ketiga, produk atau layanan yang inovatif dan terdepan (product leadership).
Perusahaan yang menggunakan strategi ini membangun keunggulan kompetitif dengan terus-menerus menciptakan produk atau layanan yang paling canggih, paling terdepan, paling inovatif dalam jangka waktu yang tepat. Sehingga ketika produk tersebut dikeluarkan dapat menyerap banyak pelanggan.

Keempat, orientasi operasional prima (operational excellence). Operational prima yang dimaksudkan adalah mengenai efektifitas biaya. Biaya yang dikeluarkan sebaiknya dibuat sehemat mungkin (menghindari biaya-biaya yang tidak diperlukan).



3)      Strategic Uses of Information Technology.
Perkembangan terkini dalam technology informasi sudah  mengubah cara organisasi menjalankan bisnis & informasi. Saat ini, banyak perusahaan yang berkembang berani untuk membuat perusahaan baru (anak perusahaan) dalam bidang yang berbeda. Hal ini merupakan strategi yang merangsang pertumbuhan ekonomi menjadi semakin cepat. Contoh: Perusahaan Bakrie, perusahaan tersebut tidak hanya terjun kedalam bidang perindustrian tetapi sekarang juga sudah memasuki bidang telekomunikasi (jaringan komunikasi). Dengan mulainya perusahaan tersebut yang mencoba dalam sektor telekomunikasi menandakan bahwa teknolgi yang dipakai sangatlah canggih.
4)      Membangun Customer Focused Bisnis
      Suatu tantangan besar yang harus dihadapi oleh produsen atau pihak perusahaan dalam semua bidang adalah Customer focused. Customer focused tidak hanya menyangkut pada saat penjualan produk ke konsumen. Pemikiran/gagasan Customer focused perlu dibangun & dibentuk sejak dari proses awal. Dimulai dari tahap perencanaan dan perancangan produk baru, suara konsumen (voice of customer) harus dianalisa dengan baik. Sehingga perusahaan dapat mengetahui tahap kepuasan konsumen dari barang-barang yang diproduksi & dipasarkan. Kualitas produk yang rendah, layanan customer service yang kurang menanggapi keluhan, barang yang tidak tersedia ketika konsumen ingin membeli, harga yang tidak kompetitif, dan pemasangan produk yang sulit dan membingungkan konsumen. Menjadi “nilai minus” bagi perusahaan yang memproduksinya. Untuk itu perusahaan harus memberikan pelayanan yang  terbaik.
5)      Value Chain & Strategic Information System
Pada point ini tidak jauh beda dengan keunggulan kompetitif, yang membedakan hanyalah kegiatan suatu perusahaan yang mengembangkan keunggulan kompetitif dan membuat nilai pemegang saham. Sehingga, dapat berguna untuk memisahkan system bisnis  menjadi serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai di sebut sebagai value chain.
6)      Re-engineering Bussiness Process
Rekayasa ulang proses bisnis adalah untuk memisahkan proses lama dengan proses baru tentang bagaimana mengorganisasikan dan memperlakukan bisnis menjadi lebih baik. Hal ini mencakup penggantian metode lama dengan metode baru untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bisnis. Dengan adanya rekayasa ulang proses bisnis membuat perusahaan tersebut menjadi perusahaan terbaik di bidangnya.

7)      Menciptakan Virtual Company

Yaitu menciptakan produk  sendiri untuk mendukung suatu perusahaan (produk terbaik).  Beberapa komponen  yang harus diperhatikan dalam menciptakan virtual company :


1.      Sistem yang otomatis dan mudah digunakan
2.      Monitoring
3.      Digital company





8)      Membangun Knowledge Creating Company

Membangun Knowledge Creating Company dibutuhkan poin-poin penting yaitu :

1. Important knowledge in Company :
- Cara menghadapi persaingan global.
- Cara menjaga kepuasan pelanggan.
- Melaksanakan program restrukturisasi yang terdiri dari downsizing dan downscoping.

2. Cross cultural interfaces & Knowledge domain :
- Lego Group mengirimkan produknya kepada retail-retail kecil yang terdapat di dalam database Lego Group sejak tahun 1950.
- Penjualan saham Legoland (Taman Bermain Lego) kepada Blackstone senilai US$450 juta dan penglepasan aset non-produktif di AS, Korea Selatan, dan Australia merupakan bentuk divestasi Lego dalam kaitannya dengan program turn around. Divestasi ini menghasilkan efektivitas dan efisiensi perusahaan yang secara langsung meningkatkan kinerja Lego.



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons